Jumat, 09 Mei 2008

KATA PEMBUKA


Nandaku sayang

abah banner

Terungkap di hati Abah suatu niat, didorong hasrat, entah ini telah menjadi semangat, maka Abah membuat surat, senyatanya Abah bukan seorang ahli, itu bagiku peduli, seakan Abah melangkah pertama kali, mengajak ananda untuk menggali. Semoga uraian ini ada manfaatnya untuk kebutuhan semua umat, tujuanku semoga kita mendapat rakhmat, melangkah hidup dijalur selamat., Abah tak memilih semua sama, dalam masing-masing lakunya kita terima. Uraian ini berwujud thema falsafah, semoga dengan demikian diterimanya mudah, isinya pekerti, untuk mengubur segala susah, seraya mencapai hidup dengan mudah.

Marilah kita mulai menyusuri arti hidup, yang mana seluruh ilmu apapun tercakup, dalam fakta kita telah tahu cukup, bahwa kini semuanya sangatlah redup. Dengan segala kemampuan Abah mengurai, karena merasa wajib, semogalah tercapai. Tujuanku adalah untuk melerai, memulai segala dengan berdamai. Marilah kita mulai mengungkap pekerti, mulai merersapkan di hati, menyaksikan fakta dan segala arti, dimana segala kemurkaan belumlah berhenti.

Kapan lagi jika bukan sekarang, kita memulai berjuang, mengalihkan segala perbuatan yang terlarang, menghapus segala segi-segi yang curang. Marilah kita mulai membuka mata, sebab semuanya telah terbukti dengan fakta. Janganlah kita terus menerus menjadi buta, sebab kebutuhan semua umat telah meminta. Pertama-tama kita mengaji diri agar mengenal siapa sebenarnya diri sendiri, agar kesemuanya bisa menyadari, seraya semua tak dapat lagi dipungkiri. Marilah kita meresapi arti diri, mulai mengakui sesuatu yang ingkar, mulai melangkah ke jalur yang benar, meninggalkan kehidupan yang sangar. Raihkan tangan agar merukun, hindari setiap makna yang mengandung racun, belajar mengasih sayang dengan tekun, saling membimbing saling menuntun, bersama meniolong agar selamat, saling membantu pada sesama umat, agar kita semua mendapat rakhmat, di dunia maupun di akherat. Semoga akhir kita berbahagia, karena mulai berjiwa mulia. Hidup nikmat penuh dengan suka ria, berharga untuk sesama manusia. Semua insan sama, menuju TUHAN Y.M.E. yang kita kenali dengan segala kuasa.

Akhirul kata, Abah mengajak nanda sama-sama berdoa, semoga langkah-langkah kita bisa diterima. Kurang lebihnya Abah minta untuk dimaafkan, sebab mengingat kodrat manusia tidak ada yang sempurna.

Doa Restuku pada semua,

Semoga di lain waktu kita bersua

ABAH

(Agung Soekarso Panca Komara)

SIRATAN DAYA GUNA

SIRATAN DAYA GUNA

DIA YANG BERKUASA, DALAM AKU YANG TIDAK TAHU APA-APA

Jika aku bebrbenah otak, kunci ATMA kerja serentak

Kutembuskan terus ke pikir, asosiasi terus menyingkir

Beralih ke alam saksi Pra Indera terus beraksi

Hati sepertinya menanti, jiwa rasanya bersabda

Pribadi hanyalah menjadi abdi, Rahasa menanti membahas asa.

Terjadilah suatu yang sangat indah, karena nurani mulai merambah

Bagaikan embun mulai turun, seperti putri bangun sendiri

Dia datang, Dia memandang, Dia bilang dengan nada yang gamblang

Dia turun di ubun-ubun, menjelma kini jadi dimensi

Aku hanya mampu menyaksi, jasmani tengah terkendali Nurani.

Yang jelas aku terus berpasrah, agar segala-galanya berjalan mudah

Yang terasa; butir demi butir tetesan Ilham bergulir, dari jiwa yang sangat dalam

Yang terlihat; tanganku tengah membuat surat, penuh dengan segala amanat

Kini aku merasa, seakanseluruh terkuasa Esa

Otakku hanya mengingat, bahwa aku hanya sekedar alat.

Ya….. Allah, karena Engkaulah makanya aku jadi begini

Kau kini tuangkan amanat pada Abah, yang menjadi wadah

Kau memerintah segala titah, aku tak bisa membantah

Kau selalu bersabda di dalam dada, selalu menuntut agar terus menurut

Aku hanyalah sebuah robot, yang Kau gunakan untuk kesadaran Insani.

Kagum bercampur haru, bahagia ternyata berada di celah-celah setia

Bangga menelaah yang nyata, terpesona setiap kebuktian menjelma

Semua terjadi di dalam diri, dan memancar luas ke luar

Sedangkan aku tiada tahu, hanya rahasa terus bergelora

Baru aku percaya, bahwa hidup itu sekedar Karma dan Darma.

Ya….. Allah, terseralah jika Kau terus menggunakan aku

Engkau menuangkan kehendakMU, dan aku dijadikan wadah DutaMU

Aku hanya mampu berpasrah<>

Biarlah semua orang tahu, aku merasa terlanjur menyatu

Aku merasa memikul beban, merasa membawa tugas untuk dibahas.

Terkadang jika aku memandang sekujur badan, jadi kasihan

Sesosok wujud yang telah menyusut, bertanda umur telah melanjut

Terbaring merangkul guling, persis bagaikan trenggiling

Tak kurang dan tak lebih, hanyalah seonggok daging yang mulai mengering

Entah kapan wujud itu diganti, dengan wadah baru yang tengah menanti.

ABAHKU


:: BIOGRAFI ::
:: ABAH AGUNG SOEKARSO PANCAKOMARA ::
Dilahirkan pada tanggal 20 Februari 1927 hari Ahad Pon, Pak Agung Sukarso adalah putrea ke-9 dari 12 bersaudara. Dari semenjak kecil hidup Beliau sudah terbiasa berkelana dan terbawa arus misteri yang tidak disadarinya sendiri. Sehingga Beliau secara penuh misteri telah terdidik dalam kehidupannya sebagai pembaca, perekam alam atau laduni. Dimulai awalnya sekitar tahun 1965 Beliau mulai sering terdorong untuk menuahkan cetusan hatinya dalam bentuk tulisan hal ini diawali terutama setelah Beliau mulai menyadari dan memasuki alam pencerahan secara gaib yang kemudian terus menerus berproses hingga kini. Patut disayangkan bahwa pada tahap awalnya banyak sekali hasil – hasil karya tulisan Beliau terbuang begitu saja oleh karena ternyata Beliau sendiri tidak mengerti akan nilai dari yang telah dituliskannya tersebut. Setelah sebagian besar orang – orang dari lingkungan Beliau menyatakan bahwa teramat banyak makna dan manfaat yang bisa dipetik dari tulisan – tulisan tersebut barulah kemudian sisa karya tulis Beliau yang belum tebuang dikumpulkan kembali lembar demi lembar disusun dirangkum dan kemudian dibukukan. Dengan demikian proses terciptanya buku – buku hasil karya Pak Agung Sukarso bukanlah didasari oleh rencana yang disengaja, melainkan sepenuhnya menurut keinginan alam yang selalu berproses dari semenjak 38 tahun yang lalu sampai kini. Sekitar tahun 1980 Pak Agung Sukarso pindah dari kediamannya di Jakarta ke sebuah Padepokan baru yang ditempatinya hingga kini di Desa Cisaat Sukabumi. Mulai sejak saat itulah sifat pengelana Beliau berakhir dan orang mulai memanggilnya dengan sebutah ABAH dan bukan lagi Pak Karso seperti sebelumnya. Dalam bahasa Sunda ABAH adalah panggilan terhadap Sang Ayah. Di dalam setiap tulisan hasil karayanya ABAH AGUNG selalu berpesan yang berbunyi : Hai para ilmuwan, jagad raya merupakan sekolah yang maha besar, dimana gurunya adalah ALAM. Petiklah ilmunya dari segala sesuatu yang ada di alam ini, dan manfaatkan demi kesejahteraan umat manusia. ABAH AGUNG berkutat dengan metode pengajaran Ilmu Falsafah Hidupnya yang sangat terkenal. Orang – orang dari segala penjuru tanah air kerap berdatangan ke Padepokan Beliau yang selalu terbuka bagi setiap orang yang berminat untuk belajar mengenai Ilmu Falsafah Hidup ini dengan tanpa mempersoalkan ras, agama, pendidikan, ekonomi, maupun latar belakang manusia tersebut. Umumnya mereka mengenal ABAH AGUNG hanya melalui proses dari mulut ke mulut. Tidaklah heran apabila banyak sekali manusia – manusia yang telah menimba Ilmu Falsafah Hidup di tempat ABAH AGUNG ini kemudian memproklamirkan diri mereka sebagai anak ABAH AGUNG dan jumlah anak – anak ABAH ini sudah tidak terhitung lagi banyaknya karena memang tidak pernah didata oleh ABAH AGUNG sendiri dan mereka ini tersebar di seluruh penjuru tanah air dan pelosok dunia. Anehnya walaupun telah memberikan dan mengajarkan Ilmu Falsafah Hidup ini dari semenjak lama tetapi ABAH AGUNG belum pernah berpikir untuk mengkomersilkan ajaran Beliau ini. Semua anak – anak ABAH yang memperoleh wejangan, konsulatasi, debat, tukar pikiran, terapi pengobatan, mohon Restu atau apapun bentuknya sama sekali dipungut bayaran oleh Beliau alias cuma – cuma. Itulah sebabnya ABAH AGUNG ini dianggap sebagai seorang Ayah yang penuh misteri dan berlimpah kasih sayang. Bagi ABAH AGUNG uang dan materi adalah bentuk energi yang kuat dan sering menguasai umat manusia secara membabi buta, dan Beliau berusaha untuk mengkompensasikan bentuk energi tersebut ke dalam bentuk lain yang berupa kasih sayang, tanpa pamrih terhadap semua anak – anak yang datang kepadanya. Yang menonjol di dalam pengajaran Ilmu Falsafah Hidup ABAH AGUNG ini adalah : Proses kita sebagai manusia untuk mencapai energi tertinggi di alam semesta (makrohistori) melalui pemurnian jiwa. Ibaratnya, badan kotorpun butuh dibersihkan. Jiwa pun demikian, ibaratnya butuh mandi di alam murni. Prosesnya adalah melalui pencapaian suatu keadaan yang disebut Beliau sebagai Posisi Nol (Zero Position). Dimana kita akan menjadi seperti bayi kembali di pangkuan Ibu Pertiwi (Sacred Mother). Pencapaian Posisi Nol tersebut akan terus berproses membawa manusia kepada sebuah resonansi energi makro yang berkekuatan dahsyat. Itulah yang disebut sebagai Misteri Energi. Bahwa di setiap tempat atau lingkungan, maupun benda – benda yang beraneka ragam, ada energinya – berupa zat persenyawaan, yang dalam aktivitasnya selalu jenis bertemu jenis. Zat ini seperti bergetar, pantul – memantul, mencari kesesuaian dengan persamaan jenisnya. Resonansinya kemudian menyelubungi area lingkungannya, dan mempunyai daya rasuk di dalam kawasannya, saling berpaduan dengan jenis energi yang cocok. Ada daya rasuk yang berawal dari benda konkrit, seperti merasuknya wangi bunga dan harumnya buah – buahan. Namun ada pula daya rasuk yang sifatnya abstrak, khasiat, mujizat, keramat, berkah, roh, dan lain – lain. Zat ini disebut RUPTIS, yang akan memberikan dampak positif ataupun negatif kepada diri sendiri. Demikianlah sepenggal kutipan dalam salah satu bab hasil karya tulisan ABAH AGUNG yang berjudul MISTERI ENERGI. Bagi ABAH AGUNG era yang tengah kita masuki dan jalani ini adalah zaman logika, semuanya harus berdasarkan fakta dan realita yang dapat dijelaskan dengan gamblang dan masuk akal. Maka Beliau cukup menyayangkan bahwa pada saat manusia telah memasuki zaman logika seperti ini tega – teganya sarana pendidikan visual di negara kita ini mengeksploitasi hal – hal dan keanehan gaib secara berlebihan yang pada akhirnya membodohi seluruh umat manusia, padahal semua hal – hal tersebut hanyalah MIKRO sifatnya. Pesan ABAH AGUNG: Jika engkau sekarang tidak membuka mata, maka besokpun akan tetap buta! Ingat, Tuhan ada dimana – mana, saksikan DIA di setiap kejadian. Selama tidak menyaksikan dan tidak mengakuiNya, selam itu pula engkau buta. Sebelum engkau berbuat, biar pikir mengimbangi dulu dengan contoh pengalaman yang lalu, itulah arti bebenah diri, demi memperbaiki kondisi hidup. Itulah maksud hidup yang sebenarnya, mengikuti arah jalur Ilahi. Karena langkah hidup ini membutuhkan contoh, maka ungkaplah buku Suci Agama masing – masing, demi koreksi imbangan dan pemantapan setiap langkah. Saksikan dengan Teliti – Hati–hati – Tertib – Perhatian – Waspada melalui inderamu. Akui dengan Tenang – Sabar – Sadar – Nrimo – Pasrah melalui jiwamu. Patokan hidup : wajar dan sederhana adalah mutiara hidup. Yang sekarang engkau makan adalah rejekimu, dan yang sekarang engkau pakai adalah hakmu, selain daripada itu hanyalah sensasi belaka...! Pesan – pesan dan wejangan Beliau sangatlah dinantikan oleh anak – anak ABAH, biasanya ABAH AGUNG akan menyampaikannya secara khusus pada malam RABU WAGE setiap bulannya. Maka tidak heran pada malam tersebut Padepokan ABAH AGUNG akan penuh sesak oleh anak – anak ABAH dari berbagai pelosok maupun oleh orang – orang yang tertarik dengan Ilmu Falsafah Hidup yang diajarkannya. RABU WAGE sendiri mempunyai makna khusus bagi ABAH AGUNG, Beliau menjabarkannya dengan makna RAsa BUtuh WAjib GErak. Bila kita selidiki makna tersebut akan dalam sekali penjabarannya dan inilah yang menjadi ciri khas metode pengajaran Beliau, semua berdasarkan logika. Hingga kini ABAH AGUNG telah menulis berbagai buku – buku serial intelektual, emosional dan spiritual mengenai Ilmu Falsafah Hidup, sayangnya buku – buku Beliau tidak dikomersilkan dan tidak mungkin ditemukan di toko buku manapun. Beliau adalah sosok kharismatik yang tidak cinta kepopuleran ataupun materi, namun yang Beliau pentingkan mencintai dan dicintai oleh ratusan ribu atau bahkan mungkin jutaan anak – anak manusia yang telah mengenal dan menghargai hasil karya dan pengajaran Beliau akan Ilmu Falsafah Hidup. Cinta kasih adalah energi tertinggi di dunia ini, demikianlah tutur Beliau. Tidak ada rasa iri ataupun niat bersaing dengan tokoh – tokoh filsuf yang bermunculan dari berbagai pelosok dunia yang hasil karya mereka selalu dikagumi semua orang. Padahal jika kita mau telaah dan akui hasil karya Beliau tidak kalah sedikitpun dengan produk hasil karya tulis internasional yang menjadi best seller yang terpajang di toko – toko buku terkenal. Cukup disayangkan, dari sebuah pelosok desa terpencil, bermunculan hasil – hasil karya tulis yang bernilai tinggi bagi pengajaran Ilmu Falsafah Hidup dari semenjak 38 tahun yang lalu yang dibutuhkan oleh seluruh umat manusia dimanapun berada. Namun tidak dikenal ataupun dibaca hasil karyanya oleh banyak manusia di bumi pertiwi ini. Padahal seharusnya kita bangga bahwa di bumi Indonesia yang tengah porak – poranda ini kita juga mempunyai seorang sosok filsuf lokal yang seharusnya telah mendunia dengan Ilmu Falsafah Hidupnya. Sungguh sangat disayangkan.